Tahukah Kamu? Transaksi Digital Gerus Jumlah ATM Bank, Pola Pembayaran dan Transfer Alami Pergeseran
Perkembangan transaksi digital yang makin semarak akhir-akhir ini, ternyata berpengaruh terhadap transaksi di anjungan tunai mandiri (ATM).
Buktinya sejumlah bank mulai mengurangi jumlah mesin ATM mereka.
Bank-bank menarik mesin ATM yang telah melewati usia teknis, akan tetapi tidak menggantinya dengan mesin yag baru.
Direktur Jaringan dan Ritel Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto mengungkapkan, jumlah ATM turun dari tahun 2020.
Transaksi Digital Gerus Jumlah ATM Bank, Pola Pembayaran dan Transfer Alami Pergeseran
Saat ini total mesin ATM Bank Mandiri hingga 11.156 dan ATM tarik tunai atau cash recycling machine (CRM) sebanyak 1.932 unit.
Berkurangnya jumlah ATM karena Bank Mandiri menarik mesin yang sudah melewati usia teknis untuk memastikan keamanan dan kenyamanan nasabah bertransaksi tetap terjaga.
"Ketersediaan jaringan ATM Link juga merupakan alternatif layanan tambahan buat nasabah kami.
Ke depannya, penataan jaringan ATM akan terus dilakukan dan penggantian ATM menjadi CRM akan dilakukan secara bertahap," jelas Aqua pada Kontan.co.id, Senin (4/10/2021).
Menurut Aqua, potensi transaksi ATM/CRM ke depannya akan mulai bergeser ke transaksi digital.
Dia bilang, pola transaksi masyarakat di ATM saat ini didominasi oleh kegiatan tarik dan setor uang tunai.
Sedangkan transaksi non tunai sesuai membayar tagihan atau transfer telah mengalami pergeseran ke arah digital melalui Livin by Mandiri.
Namun, Bank Mandiri melihat potensi transaksi pada ATM/CRM masih cukup menjanjikan khususnya untuk melakukan penarikan tunai melalui ATM/CRM dari nasabah platform digital atau bank digital lain.
Sepanjang semester I 2021, Bank Mandiri mencatatkan transaksi ATM sebesar 407 juta atau turun 6,6% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 436 juta transaksi.
Adapun nilai transaksinya turun jadi Rp 410 triliun dari Rp 510 triliun.
Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan jumlah ATM lebih dari 16.000 unit dimana 2.300 unit merupakan CRM.
Ronny Venir, Direktur Layanan dan Jaringan BNI mengungkapkan, pihaknya terus melakukan pergantian mesin ATM menjadi CRM sebagai optimalisasi jaringan elektroniknya sejalan dengan perkembangan shifting transaksi ke arah digital.
"Saat ini Bank BNI sedang melakukan penggantian mesin ATM tunai menjadi CRM sebanyak 3.700 unit yang tersebar di 17 kantor wilayah se Indonesia," ungkapnya.
BNI melihat terjadi pergeseran transaksi nasabah dari ATM atau CRM ke mobile banking sejalan dengan digitalisasi layanan di BNI dan kondisi pandemi.
Berdasarkan materi persentasi laporan keuangan semester I 2021, BNI tercatat memiliki ATM sebanyak 17.013 uni per Juni 2021. Itu turun dari 18.670 unit pada periode yang sama tahun 2020.
Ronny bilang, pihaknya memperkirakan transaksi non tunai lewat mobile banking akan semakin meningkat ke depan.
Meski begitu, perseroan akan tetap menyediakan ATM/CRM ntuk mendukung kebutuhan transaksi tunai nasabah.
Sedangkan PT Bank CIMB Niaga Tbk sejak tiga tahun lalu telah mengarahkan CRM ketika ingin membuka ATM baru. Namun, seiring dengan mulai tingginya transaksi digitalisasi di bank ini maka transaski ATM juga CRM kian menurun.
Melihat perkembangan itu, Lani Darmawan Direktur Konsumer CIMB Niaga mengungkapkan, pihaknya mulai mengurangi jumlah ATM/CRM sehingga saat ini jumlah tinggal 4.000 unit.
"Saat ini, transaksi ATM per bulan sekitar 60 juta transaksi. Itu mengalami penurunan sekitar 5%-6% dibanding periode yang sama tahun lalu," kata Lani.
BCA Malah Tambah ATM
Prospek ATM juga ATM setor tarik tunai atau cash recycling machine (CRM) masih tetap memiliki prospek bisnis yang menjanjikan meskipun layanan digital banking terus berkembang dan bank digital mulai bermunculan.
Buktinya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) masih tetap akan melakukan penambahan jumlah mesin ATM/CRM ke depan. Hal itu dilakukan sejalan dengan bertambahnya jumlah nasabah perseroan.
"Penambahan terutama akan dilakukan untuk mesin yang dapat melakukan setor dan tarik tunai," kata Hera F Haryn, EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA pada Kontan.co.id, Senin (4/10/2021).
Kehadiran ATM setor tarik akan membantu nasabah yang memiliki mobilitas tinggi dan dapat mengurani antrean. Melalui mesin CRM, nasabah dapat langsung melakukan penyetoran uang tunai tanpa mengisi formulir penyetoran, dapat dilakukan di luar jam kerja, bahkan di hari libur.
Hingga Juni 2021, BCA didukung oleh 17.721 mesin layanan. Itu terdiri dari 6.173 mesin ATM, 10.365 CRM dan sisanya mesin Video Banking yang melayani pembukaan rekening baru dan mesin untuk penggantian kartu ATM/Debit (CS Kiosk).
Jumlah tersebut meningkat dari posisi Juni 2020 di mana total mesin layanan BCA hingga 17.360. Ini terdiri dari 9.006 ATM, 7.339 CRM dan mesin video banking dan CS Kiosk.
Transaksi ATM di BCA juga masih tumbuh baik. Per Juni 2021, jumlah transaksinya meningkat 18% secara year on year (YoY) dengan volume transaksi Rp 1.041 triliun atau tumbuh 4,5% YoY.
BCA saat ini telah berkolaborasi dengan Gopay untuk keperluan tarik tunai. Sehingga nasabah pengguna GoPay dapat melakukan tarik tunai saldo GoPay dapat melalui ATM BCA.
"Namun, nasabah hanya perlu memastikan GoPay sudah diupgrade menjadi GoPay Plus untuk dapat menikmati layanan ini," jelas Hera.
Sebelumnya, Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur BCA mengungkapkan, perkembangan bank-bank digital di satu sisi akan memberikan keuntungan bagi bank owner jaringan ATM yang luas sesuai BCA.
Sebab menurutnya, transaksi tunai tidak akan dapat dihilangkan di Indonesia atau sepenuhnya cashless. Nasabah bank-bank digital pada suatu titik pasti akan membutuhkan transaksi tunai. "Kami akan diuntungkan karena transaksi tarik tunai antar bank dikenakan charge," ujarnya.
Hal itu dikatakan Jahja saat menjelaskan keuntungan bank-bank digital yang dimiliki bank konvensional dan bank-bank digital lainnya. Adapun nasabah Bank BCA Digital dapat bertransaksi di seluruh jaringan ATM BCA secara gratis.
(Dina Mirayanti Hutauruk)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Jumlah ATM Bank Mandiri, BNI, dan CIMB berkurang, seiring maraknya transaksi digital